watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SEKS RAME RAME

Hmm, kisah ini terjadi di tahun 1999. Usia saya
boleh dibilang masih cukup muda untuk
mengenal yang namanya sex. Tetapi apa mau
dikata, karena sex itu enak maka saya menjadi
ketagihan. Anyway, kembali ke cerita saya
Saya mempunyai seorang temen cewek, sebut
saja namanya Vina. Dari postur tubuhnya boleh
dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti
akan tergiur untuk mencicipinya. Vina
mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg
dan menggunakan bra ukuran 34B (hal itu saya
ketahui ketika saya ml sama dia), dan kulitnya
kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek
kampus, dan tidak terlihat sama sekali kalau dia
juga seorang pecinta sex bebas, sama seperti saya.

Beruntung saya memiliki wajah dan badan yang
cukup lumayan, sehingga saya tidak mengalami
kesulitan dalam mencari teman untuk melepas
birahi, apalagi ditambah dengan ukuran saya
yang boleh dibilang lebih dari rata-rata. Wajar
saja kalau teman cewek saya rajin mengontak
saya disaat mereka butuh dan begitupun juga
sebaliknya.
Suatu hari, Vina menelpon saya. Dia cerita bahwa
dia punya teman kost baru, dan cakep pula. Dia
juga bilang kalau temannya itu mirip artis
ternama di ibukota, yang namanya sudah
terkenal. Dia janji mau mengenalkan saya ke dia.

Maka kemudian saya dan Vina membuat suatu
janji pertemuan di hari Sabtu.
Pada hari yang telah di janjikan, saya telah
membuka sebuah kamar di daerah Juanda, dan
seperti yang telah direncanakan, Vina datang
membawa seorang temannya yang bernama
Santi.
“Tok.. tok.. tok..!” 3 kali saya dengar ketokan
pintu, maka secara otomatis saya membukakan
pintu.
Begitu pintu terbuka, terlihatlah Vina yang sedang
tersenyum kepada saya, dan di belakangnya
tampak temannya yang akan dikenalkan ke saya.
Dan benar saja, temannya itu menang benar
mirip sekali dengan artis ibukota yang Vina
ceritakan.
“San, kenalin donk… ini loh temen gue yang gue
mau kenalin ke elu.” begitu ucap Vina sambil
masuk ke kamar.
“Oh iya, gue Santi… dan elu sapa..?” sapanya
ramah.

Saya sempat terdiam sewaktu Santi menjulurkan
tangannya, karena saya tidak habis pikir kalau
cewek ini begitu cantiknya, dan saya harus dapat
mencicipinya hari ini juga.
“Hmm, nama gue A..” begitu saya sadar,
langsung saya merespon dengan julurkan
tangan.Hmm, kulitnya halus juga, pikir saya.
Kalau dari yang saya lihat, Santi ini sedikit lebih
pendek dari Vina, tetapi dia mempunyai buah
dada yang lebih besar daripada Vina. Kira-kira
tingginya 160 cm, 45 kg, dan saya rasa ukuran
dadanya 34C, soalnya dadanya besar sekali.
“Eh, loe berdua jangan diem gitu donk, kasih gue
minum kek..!” tiba-tiba suara Vina memecahkan
kesunyian yang ada.
“Oh iya, sori Vinn, tuh loe ambil aja deh di
kulkas..!” jawab saya sekenanya.
“Gini..,” kata Vina. “Temen gue Santi ini seorang
janda anak satu, tapi loe pikir deh, umurnya baru
23 dan body-nya masih segini, ngga kecewa
donk loe gue bawain yang kaya gini.” lanjut Vina
lagi.

ceritaindo.sextgem.Com “Ah elu bisaan aja Vin,” sahut Santi dengan
tersipu, sehingga tampaklah wajahnya yang
sedikit memerah.
Aduh.., ini membuat saya jadi horny saja.
Tiba-tiba saja Santi menarik Vina ke kamar mandi.
“Ikut gue bentar deh Vin..!” kata Santi.
Lalu Vina dengan terburu buru juga ikut dan
sambil bicara kepada saya, “Dah loe tiduran aja
dulu di ranjang, temen gue mau bilang sesuatu
kali nih ke gue.”
Tidak lama mereka keluar dari kamar mandi.
“Eh sori yach tadi sempet bikin loe kaget.” kata
Santi.
“Eh, ngga apa-apa kok.” jawab saya masih
bingung.
“Emangnya kenapa sih tadi..?” saya masih
bingung.
“Udah deh loe ngga usah tau, urusan perempuan
kok barusan, yang penting sekarang loe santai aja
di ranjang loe dan ikutin permainan gue.”
timpalnya lagi.

“Wah-wah-wah, permainan apa lagi nih..?” pikir
saya dalam hati.
Tapi saya sudah senang sekali, apalagi saya
melihat Vina tersenyum nakal ke arah saya. Duh,
saya jadi tambah horny saja deh.
“Sebelum gue kasih loe ijin, jangan sekali kali loe
sentuh gue, ok..?” kata Santi.
“Ok-ok deh..,” jawab saya meskipun saya masih
agak bingung dengan arah permainannya.
Tiba-tiba saja Santi langsung mendekati ke
ranjang dan segera menciumi saya di bibir. Yach
sudah otomatis saya akan merespon juga donk.
Lidah kami saling ‘bergerilya’, sedangkan saya
hanya boleh telentang saja di ranjang. Kemudian
ciuman Santi turun ke leher saya, hm.. enaknya
pikirku. Dijilatinnya leher saya, terus dia juga
menjilati kuping saya.

Tanpa sadar saya mendesah, “Ahh, enak, San,
terusin dong..!”
“Sekarang gue bukain baju loe, tapi inget..!
Tangan loe tetep diam aja yach, jangan sentuh
gue sebelum gue kasih ijin..!” sahutnya lagi.
“Aduh sengsara banget nih..! Masa mau ml tapi
tangan gue ngga boleh megang-megang sih..!”
pikir saya dalam hati.
Dengan cepet Santi membuka baju saya dan
langsung dilempar. Dengan sigapnya Santi
langsung bergerilya di dada saya, bagaikan
seseorang yang lama tidak mendapatkan tubuh
laki-laki. Digigitnya kedua puting saya.
“Ahhh, enak gigitan loe,” saya mendesah pelan.

Samar-samar saya melihat Vina duduk di
samping saya sambil memperhatikan wajah saya
dan dia tersenyum.
Tanpa sadar tangan saya mencoba mencari buah
dada Santi untuk saya remas-remas. Eh tanpa
saya duga, tiba-tiba saja tangan saya ditepis oleh
Santi dan Vina.
“Gue kan udah bilang, kalo belum gue kasih ijin
jangan sentuh gue..!” kata Santi.
“Iya, loe tuh gimana sih..?” kata Vina, “Ikutin donk
permainannnya Santi..!” lanjut Vina.
“Yach habis gimana donk..? Namanya juga
reflek..!” timpal saya sambil mendesah dan agak
kecewa.
“Pokoknya loe sabar deh..!” kata Santi sambil
membuka celana saya.
“Hmm.., cd model low cut dengan warna hitam
nih..!” ujar Santi sambil bergumam sendiri.
“Loe tau aja kesukaan gue..!” kata Santi, “Dan loe
seksi banget dengan cd warna gini, bikin gue
horny juga tau..!” kalimat Santi yang terakhir
sebelum dia mulai ber-’karaoke’.
“Oohh, enak, sedot lagi donk yang kuat San..!”
kata saya sambil mendesah.
Kurang lebih 5 menit Santi telah ber-’karaoke’
terhadap penis saya. Kemudian Santi dengan
sigapnya melepas seluruh baju, celana dan
pakaian dalamnya.

“Nah, sekarang loe baru boleh sentuh gue..!” kata
Santi.
Maka karena dari tadi saya sudah menahan mau
nyentuh dia tapi tidak boleh, maka kesempatan ini
tidak saya sia-sia kan. Langsung saja saya
rebahkan Santi di ranjang dan gantian saya ciumi
bibirnya, dan Santi juga membalasya dengan
tidak kalah ganasnya. Kemudian saya turuni
ciuman saya ke daerah lehernya. Hmm, lehernya
yang bersih itu saya ciumi dan saya jilati. Samar-
samar saya mendengar Santi mulai mendesah.
Kali ini saya turun ke buah dadanya, saya
menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari
kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit
pun putingnya Santi.

Dan Santi kemudian bicara, “Ayo donk isepin
puting gue, please..!”
“Wah ini saatnya balas dendam nih..!” pikir saya
dalam hati.
“Hah..? Loe minta diisepin puting loe, sabar yach
sebelum gue mood, gue ngga bakal isep puting
loe..!” jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Vina juga ikut tersenyum melihat
temannya terkapar pasrah.
Tidak lama setelah saya memainkan buah
dadanya, saya turun ke vaginanya. Tampaklah
bulu-bulu vagina Santi yang begitu halus dan
dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung
menghisap vagina santi.
“Ohh.., ohh.., enakk..! Terusin donk Sayang..!”
sahut Santi sambil mendesah.
Kalimat itu membuat saya tambah semangat,
maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.

“Sayang, aku mau keluar,” lirih santi.
Dan tiba-tiba saja cairan vagina Santi keluar
diiringin teriakan dari Santi yang kemudian saya
telan semua cairan vagina Santi.
“Duh Say, kamu kok hebat sih maenin
memekku..?” tanya Santi.
Yang saya lakukan hanya tersenyum saja.
“Please donk, masukin punya kamu sekarang..!”
pinta Santi dengan memelas.
“Nanti dulu, puting kamu belum gue hisap..!”
jawab saya.
Maka dengan cepat langsung puting yang
berwarna coklat muda itu saya hisap dengan
kencanganya secara bergantian, kiri dan kanan.

“Ahhh, enakk Sayang, terusin..! Tambah kenceng
donk..!” teriak Santi.
Hmm, mendengar suara cewek lagi terangsang
begitu membuat saya tambah horny lagi, apalagi
si ‘adik’ sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’.
Maka langsung saja saya memasukkan penis
saya ke vaginanya.
“Shit..! Sempit banget nih memek..!” pikir saya
dalam hati.
Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk
juga barang saya ke vaginanya.
“Gila bener San, barang loe enak dan sempit
banget sih..?” jawab saya dengan napas yang
mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh
Santi yang sedang merem melek.
Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang
ada hanya suara Santi yang terus mendesah dan teriak.

“Ahhh terus Sayang, tambah cepet donk..!”
Dan sekilas di samping saya tampak Vina sedang
meremas-remas buah dadanya sendiri.
“Sabar Vin, akan tiba giliran loe, sekarang gue
beresin dulu temen loe ini..!” jawab saya sambil
sambil menggoyangkan Santi.
Vina hanya dapat menganggukan kepala, soalnya
dia tahu ini bagian dalam permainan yang mereka
buat, jadi Vina juga tidak boleh ikut sedikit pun
dalam permainan saya dan Santi.
Tidak lama kemudian Santi minta gantian posisi,
kali ini dia mau di atas.
“Gue cepet keluar kalo di atas..!” katanya santai.
Kami pun berganti posisi. Berhubung Santi tadi
sudah keluar, maka kali ini ketika kami ‘main’
vagina Santi sudah becek.
“Ahh.., enakk.., barang lo berasa banget sih..!”
jawab Santi sambil merem melek.
5 menit kemudian Santi teriak, “Ahh.., gue keluar
lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.
Tetapi saya kan belum keluar, wah tidak begini
caranya nih. Ya sudah akhirnya saya gantian
dengan gaya dogy.

Kali ini kembali Santi menjerit, “Terusiin Sayang..!”
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya
sudah mau keluar.
“San, mau keluarin dimana..?” tanya saya.
“Di muka gue aja.” jawabnya cepat.
Kemudian, “Croott.., crott..!” sperma saya saya
keluarkan di wajah Santi.
Kemudian Santi dengan cepat membersihkan
penis saya, bahkan saya saja sampai ngilu
dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh
lemas di sampingnya. Dan saya tetep melihat
Vina tetap meremas dadanya dan dia pun melihat
saya dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan
yang sama seperti temannya.
“Vin, ke kamar mandi dulu yuk, gue mau bersih-
bersih nih..!” jawab saya sambil mengajak Vina.
Kemudian Vina dengan cepat menarik saya ke
kamar mandi. Di kamar mandi kami saling
membersihkan satu sama lain.
“Vin, gue istirahat dulu yach, gue cape banget
soalnya,” timpal saya dengan suara lemas tapi
penuh dengan kebahagiaan.
“Ok deh, tapi jangan lama-lama yach, gue udah
ngga tahan nih..!” jawab Vina sambil
membersihkan penis saya.
Tidak lama kemudian Santi masuk ke kamar
mandi untuk membersihkan diri, saya dan Vina
kemudian keluar dari kamar mandi. Begitu
sampai di ranjang, tiba-tiba saja Vina mencium
saya dengan ganasnya. Secara otomatis pula
saya membalasnya. Kemudian ciuman Vina
mulai turun ke leher saya dan dada saya. Saya
hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Dada saya
diremas-remas oleh Vina dan sapuan lidahnya
mulai turun ke daerah bawah.

“Hmm.., barang loe bakal gue paksa berdiri lagi
nih..!” kata Vina dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Vina segera mencium
dan mengulum penis saya dengan lahapnya
seperti orang yang kelaparan.
“Ahh.. ahh.. ahh.., enak Vin..!” timpal saya.
Sekilas saya melihat Santi baru keluar dari kamar
mandi dan sedang memakai bajunya.
“Loe ngga mau ikutan lagi San..?” tanya saya.
“Ngga ah, gue lemes banget, gantian loe urus
temen gue aja deh, gue mau istirahat dulu,”
jawabnya santai.
Kemudian saya tidak mau kalah, segera saya raih
buah dada Vina dan segera saya hisap. Saya
mulai dari putingnya yang kanan, kemudian
beralih ke yang kiri, saya remas-remas juga
dadanya.
“Ahh, yang kenceng Sayang..!” jawab Vina lirih.
Kurang lebih 5 menit saya memainkan dadanya,
kemudian saya turun ke vaginanya. Tampaklah
vagina Vina ditumbuhi bulu-bulu halus yang
rapih itu sudah tampak basah.
“Hmm.., udah basah loe Vin, dah ngga tahan
yach..?” kata saya sambil tersenyum.
Vina hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan
suara sedikit pun. Kemudian saya mendekatkan
mulut saya ke depan vagina Vina, dan langsung
saya hisap dan saya jilat vaginanya.
“Ohh.., ohh.., teruss..! Enak..!” itulah suara yang
terdengar dari mulut Vina.
Setelah 10 menit saya memainkan vaginanya,
saya ingin melakukan gerakan lebih jauh. Dan
dengan segera saya memasukkan penis saya ke
dalam vagina Vina.
“Hmm, pelan-pelan yach..!” jawab Vina.
Saya hanya tersenyum dan segera mencium
Vina, dan dia pun membalasnya dengan penuh
semangat.
Blesss, seluruh penis saya kini berada di dalam
vagina Vina. Dan tanpa dikomando lagi saya
segera bergerak diikuti goyangan pinggul Vina.
Tanpa sadar Vina memeluk saya begitu eratnya
dan saya memperhatikan wajah Vina yang
sedang merem melek seakan-akan tidak ingin
berhenti memperoleh kenikmatan.
5 menit kemudian Vina ingin berganti posisi.
“Eh, gantian dogy yuk..!” pinta Vina.
Ya sudah, saya turuti saja kemauan Vina.
“Bless, bless.., bless..!” sedikit terdengar suara
penis dan vagina yang sedang berlomba, karena
vagina Vina sudah basah dan menurut saya Vina
tidak lama lagi akan keluar.

Dan benar saja dugaan saya, tiba-tiba saja Vina
teriak, “Ah.., ahh.., ahh.., gue keluar..!”
Kemudian Vina langsung jatuh lemas dengan
posisi telungkup, sementara penis saya masih
tertancap dalam vagina Vina. Maka saya segera
menggerakkan penis saya supaya saya juga
dapat keluar. Tidak lama saya terasa bahwa saya
ingin keluar.
“Keluarin di mana Vin..?” tanya saya.
“Di dalam ajalah, biar loe enak..!” jawabnya
dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, “Crott, crott..!” penis saya segera
mengeluarkan semburan spermanya.
“Ahh..!” saya bersuara dengan keras, “Enak
banget..!” lanjut saya.
Kemudian saya langsung rebah di sebelah kanan
Vina, sementara Santi sedang tersenyum
memperhatikan kami berdua.

“Wah-wah-wah, cape loe yach berdua..?” kata
Santi.
Saya yang sudah lemas hanya dapat tersenyum
dan tiduran di samping Vina.
Setelah istirahat beberapa menit, kemudian saya
dan Vina ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
Setelah itu kami bertiga pulang ke rumah masing-
masing dengan membawa kenangan indah bersama.


Adult | GO HOME | Exit
1/5270
U-ON

inc Powered by Xtgem.com